Aliy Hafiz Pegiat Literasi Digital Lampung Paparkan Keamanan Digital di Kuliah Umum
Bandar Lampung (MI-NET) — Di tengah perkembangan era digital yang kian pesat dan kompleks, urgensi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan digital menjadi semakin nyata.
Hal inilah yang menjadi fokus dalam seminar literasi digital yang digelar oleh STIE Gentiaras Lampung, dengan menghadirkan Ir. Aliy Hafiz, S.Kom., M.T.I., CEH., CSA sebagai narasumber utama.
Sebagai seorang pegiat literasi digital, pengamat IT di Lampung, sekaligus pemerhati isu keamanan siber, Aliy Hafiz mengajak para peserta untuk lebih memahami potensi risiko di dunia maya serta pentingnya menjaga rekam jejak digital secara bijaksana.
Di hadapan ratusan mahasiswa dan dosen, beliau yang juga menjabat sebagai Ketua Relawan TIK (RTIK) Kota Bandar Lampung, membuka sesi dengan menggambarkan bagaimana kehidupan manusia saat ini telah terhubung erat dengan dunia digital—dari kegiatan belajar, pekerjaan, hingga urusan finansial, semuanya bergantung pada konektivitas internet.
Sayangnya, kemudahan ini kerap tidak disertai dengan pemahaman yang cukup mengenai keamanan digital. Banyak pengguna aktif teknologi yang masih belum menyadari pentingnya perlindungan data pribadi, menjaga privasi, serta mengenali ancaman-ancaman siber.
Dengan gaya penyampaian yang komunikatif, Aliy Hafiz menjelaskan bahwa serangan siber dapat terjadi pada siapa saja, termasuk kalangan mahasiswa, bahkan karena hal sederhana seperti penggunaan kata sandi yang lemah, klik sembarangan pada tautan mencurigakan, atau terlalu terbuka membagikan informasi pribadi di media sosial.
Beliau juga menekankan pentingnya menjadi pengguna teknologi yang tidak hanya aktif, namun juga cerdas dan waspada terhadap berbagai risiko yang mungkin muncul.
Suasana seminar semakin interaktif ketika beliau membagikan berbagai contoh kasus nyata mengenai kejahatan digital di kalangan anak muda, seperti penipuan daring, penyalahgunaan data, hingga kekerasan berbasis gender di ranah digital.
Menurutnya, perlindungan digital bukan semata persoalan perangkat atau software, melainkan juga menyangkut pola pikir, kesadaran, dan budaya dalam bersikap.
Aliy Hafiz juga menyoroti peran strategis lembaga pendidikan tinggi dalam membentuk karakter digital generasi muda. Ia mengajak kampus untuk mengambil peran aktif sebagai pelopor dalam mencetak generasi yang tidak hanya mahir secara teknis, namun juga memiliki etika digital, berpikir kritis, dan mampu menjaga diri serta lingkungannya dari potensi ancaman siber.
Melalui seminar ini, diharapkan semakin banyak institusi pendidikan yang turut serta menciptakan ruang diskusi mengenai literasi digital dan keamanan siber.
Pasalnya, masa depan transformasi digital bangsa sangat bergantung pada seberapa siap dan bijaknya masyarakat dalam memanfaatkan teknologi secara aman.
Sebagai penutup, Ketua RTIK Kota Bandar Lampung ini mengingatkan bahwa dunia digital merupakan bagian dari kehidupan nyata kita hari ini. Oleh karena itu, diperlukan sikap yang beretika, kesadaran terhadap risiko, serta perlindungan diri yang memadai dalam setiap aktivitas digital.
Semua ini penting, bukan hanya untuk keamanan pribadi, tetapi juga demi terciptanya ekosistem digital yang sehat, aman, dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat. (Red).