LSM PRO RAKYAT Apresiasi Project Farming Integration Gagasan ASN Tanggamus, Solusi Nyata Ketahanan Pangan

0 3

Tanggamus (MI-NET) – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PRO RAKYAT memberikan apresiasi tinggi atas terobosan ide brilian yang digagas oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Tanggamus, Budi Utomo, S.STP., M.H., melalui program “Project Farming Integration” yang memadukan sektor pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan.

Ketua Umum LSM PRO RAKYAT, Aqrobin A.M didampingi oleh Sekretaris Umum Johan Alamsyah, S.E Kamis (2/10/2025) di lokasi bioflok Pekon Way Jaha Rantau Tijang Pugung Tanggamus menyampaikan kepada awak media, menyebut program ini sebagai bentuk inovasi nyata untuk membangkitkan semangat masyarakat desa agar berani mencoba usaha mandiri yang produktif dan berkelanjutan.

“Kami menilai Project Farming Integration ini adalah gagasan cerdas yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Masyarakat jangan hanya diberi teori, tapi difasilitasi untuk praktik usaha yang nyata. Konsep ini bisa menjadi role model nasional dalam mendukung kemandirian desa,” tegas Ketua Umum PRO RAKYAT, Aqrobin A.M.

Sementara itu, Sekretaris Umum PRO RAKYAT Johan Alamsyah, S.E menambahkan, program ini sangat sejalan dengan agenda ketahanan pangan nasional yang sedang digenjot pemerintah pusat dan menjawab keinginan Bapak Presiden Prabowo Subianto bahwa rakyat harus mandiri.

“Farming Integration ini bukan hanya menyatukan sektor pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan, tetapi juga memperkuat fondasi desa sebagai basis utama ketahanan pangan. Dari sektor pakan masyarakat bisa memproduksi dengan mesin mini pakan atau mesin extruder pakannya, pelet ikan. Bahan baku pelet ya dari hasil perkebunan. Konsepnya adalah keunggulan desa lain dimanfaatkan desa lain. Jika desa kuat, maka pangan daerah bahkan nasional otomatis akan stabil,” ujar Johan.

Budi Utomo, S.STP, M.H menjelaskan bahwa Project Farming Integration diharapkan menjadi pemantik semangat masyarakat untuk membangun usaha mandiri, bukan sekadar teori. Konsep ini juga sejalan dengan program pemerintah pusat, seperti pembentukan koperasi dan pemanfaatan dana desa untuk ketahanan pangan.

Namun, Budi menegaskan bahwa peran pemerintah daerah juga sangat vital agar program ini benar-benar berjalan maksimal.

“Dana desa jangan hanya habis untuk kegiatan seremonial. Desa harus punya produk unggulan, harus lahir proyek usaha yang menopang ketahanan pangan. Kalau desa kuat, maka pangan daerah pun otomatis terjamin, masyarakat desanya yang sejahtera” kata Budi Utomo.

LSM PRO RAKYAT melihat optimistis sebagai pilot project ” Project Farming Integration ” mampu menjadi model pengembangan ekonomi kerakyatan dan pondasi ketahanan pangan yang tangguh di Tanggamus bahkan di Lampung.

Apalagi dengan adanya sinergi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta dukungan masyarakat desa, tingkat perekonomian di desa-desa akan tumbuh.

LSM PRO RAKYAT memaparkan, dalam kebijakan pembangunan desa konsepnya :

  1. One Village One Product (OVOP)
    Setiap desa punya produk unggulan khas. Produk ini bisa dipasarkan, ditiru, atau dijadikan inspirasi desa lain.
  2. Bumdes Bersama / Bumdesma
    Badan Usaha Milik Desa yang dikelola lintas desa untuk memanfaatkan potensi unggulan desa yang berbeda-beda. Misalnya satu desa kuat di pertanian, desa lain di peternakan → disinergikan jadi ekosistem usaha.
  3. Kolaborasi Antar Desa
    Konsep gotong royong antar desa, di mana keunggulan desa A dimanfaatkan desa B. Contoh: desa A punya wisata, desa B menyuplai produk pertanian untuk konsumsi wisatawan.
  4. Jejaring Ekonomi Desa (Village Economic Network)
    Sistem distribusi dan produksi berbasis lokal, di mana desa-desa saling mengisi kekurangan dan memanfaatkan kelebihan.

Dari kunjungan ke lokasi, LSM PRO RAKYAT menyampaikan salah satu konsep untuk ketahanan pangan adalah Konsep Jejaring Antar Desa, ini sebagai Blue Print Ketahanan Pangan & Ekonomi Desa Desa dan Road Map sinergi desa.

Desa A (Penghasil Pelet Ikan) punya keunggulan dalam produksi pakan ikan. Desa ini bisa menjadi pemasok utama bagi desa lain yang memiliki sektor perikanan, sehingga tercipta sinergi ekonomi.

Alur Sinergi:

  1. Desa A sebagai Extruder Pakan (Penghasil Pelet Ikan)

Memproduksi pelet ikan skala UMKM/BUMDes.

Menjual pakan ikan dengan harga lebih terjangkau dibanding pabrikan.

  1. Desa B BioFlok (Pembudidaya Ikan Kolam/Lele/Nila)

Membeli pelet dari Desa A.

Memanfaatkan pakan lokal yang lebih murah dan sesuai kebutuhan.
Hasil panen ikan bisa dipasarkan kembali.

  1. Desa C (Pemasaran & Olahan Ikan)

Membeli ikan dari Desa B.

Mengolah menjadi produk bernilai tambah (ikan asap, abon ikan, nugget ikan).

Membuka pasar lokal maupun online.

  1. Desa D (Penyedia Bahan Baku Pakan)

Menyediakan bahan baku seperti dedak, jagung giling, tepung ikan, bungkil kedelai.
Menyuplai ke Desa A agar biaya produksi pelet lebih efisien.

Intinya, Keunggulan Desa lain dimanfaatkan oleh desa lain merupakan strategi sinergi antar desa untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan daya saing, bukan saling bersaing tetapi saling melengkapi.(Red).

Leave A Reply

Your email address will not be published.